Apapun pilihannya, tak ada yang salah dengan pilihanmu. Namun yang terpenting adalah bagaimana cara mengelola dana ketika kita memperolehnya? Aku sendiri punya prinsip kalau aku harus tetap berpenghasilan meski sudah menikah. Pasalnya aku juga memiliki banyak keinginan dan hal tersebut membutuhkan (banyak) dana. Ada kepuasan tersendiri bagiku jika memiliki simpanan atau investasi mandiri.
Sebagai Menteri Keuangan Rumah Tangga, wajib hukumnya untuk dapat mengelola keuangan dengan baik. Oleh karena itu, demi mewujudkan keuangan keluarga yang sehat, Prudential Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (KPPA) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengadakan acara tahunan Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan Prudential.
Acara Konferensi Pers dihadiri oleh Ibu Nini Sumohandoyo selaku Sharia Government Relations and Community Investment Director Prudetial Indonesia, Ibu Sondang Martha selaku Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dr. Pribudiarta Nur Sitepu, MM. selaku Sekretaris Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA), dan Jens Reisch, selaku President Director Prudential Indonesia.
Konferensi Pers Literasi Keuangan Untuk Perempuan Prudential di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA). |
Jens Reisch |
Ibu Vera selaku fasilitator PRUvolunteers membawakan pelatihan. |
Pada sesi workshop, para peserta mendapat pelatihan mengenai pengelolaan keuangan dasar dari fasilitator PRUvolunteers dari Prudential Indonesia. Berikut ini adalah beberapa tips mengelola dana untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda di setiap tahap kehidupan.
Kita selalu diperhadapkan oleh pilihan-pilihan yang terkadang membuat dilema. Apalagi akupun terkadang suka kalap kalau melihat tanda diskon. Namun, kita harus bisa melawan godaan tersebut serta dapat menentukan prioritas antara kebutuhan dan keinginan.
Kebutuhan tidak datang tiba-tiba, kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan agar kelangsungan hidup terpenuhi. Misalnya kebutuhan makan, kuota internet dan pulsa untuk bekerja. Namun keinginan itulah yang datangnya tiba-tiba
2. Merencanakan Keuangan
Pertama, kita harus memahami kebutuhan dan kondisi keuangan sesuai status lajang, menikah, atau menikah dan punya anak, karena dipastikan pengeluarannya berbeda. Setiap orang harus membuat perencanan keuangan sesuai kebutuhan dasarnya, yaitu;
3. Mengelola Pendapatan
Apa yang kamu lakukan jika menerima pendapatan? Ditabung atau dibelanjakan? Jika menerima pendapatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah membayar hutang atau cicilan (jika ada) dan membayar kewajiban seperti; tagihan listrik dan air. Setelah itu dana dapat dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan investasi.
4. Mencatat dan Menganalisa Pengeluaran
5. Memiliki Investasi
Hal yang terpenting adalah berinvestasi. Dulu aku berpikir bahwa mengelola keuangan dengan menabung sudah cukup, tapi ternyata tidak. Tidak ada alasan perempuan untuk tidak berinvestasi karena investasi merupakan aset masa depan yang bisa dimiliki siapa saja.
Investasi bisa dalam bentuk emas, reksadana, properti, dan asuransi. Investasi yang mungkin dianggap sepele namun sangat diperlukan adalah asuransi karena resiko bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Produk investasi seperti asuransi, wajib dimiliki siapa saja, baik bagi perempuan lajang, menikah, menikah dan punya anak, termasuk single mom. Setidaknya setiap kita memiliki produk asuransi jiwa & kesehatan, serta pendidikan bagi yang sudah memiliki anak.
Semoga melalui program ini, para perempuan Indonesia dapat mampu merencanakan keuangan, mengelola dana lebih optimal, dan bisa menyisihkan dana untuk produk-produk keuangan/investasi. Salam sukses!
Pertama, kita harus memahami kebutuhan dan kondisi keuangan sesuai status lajang, menikah, atau menikah dan punya anak, karena dipastikan pengeluarannya berbeda. Setiap orang harus membuat perencanan keuangan sesuai kebutuhan dasarnya, yaitu;
- Pengeluaran Wajib (membayar kontrakan, cicilan rumah, transportasi, konsumsi)
- Pengeluaran Tambahan (rekreasi keluarga)
- Pengeluaran Darurat (sakit, kecelakaan, meninggal dunia)
- Dana Simpanan ( pendidikan anak, pergi haji, modal usaha/menikah)
Apa yang kamu lakukan jika menerima pendapatan? Ditabung atau dibelanjakan? Jika menerima pendapatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah membayar hutang atau cicilan (jika ada) dan membayar kewajiban seperti; tagihan listrik dan air. Setelah itu dana dapat dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, dan investasi.
Jangan lupa memisahkan rekening untuk pengeluaran sehari-hari dan tabungan. Kita harus memiliki setidaknya dua rekening bank agar dana yang sudah dianggarkan tidak tercampur. Aku memiliki tiga kartu rekening. Pertama, rekening pribadiku untuk transaksi pembayaran. Kedua, rekening untuk tabungan. Ketiga, rekening khusus Rumah Tangga (untuk belanja kebutuhan sehari-hari). Selain memiliki tabungan rekening, kita juga dapat menyisihkan dana untuk disimpan di tabungan deposito berjangka. Jika menerima uang kaget seperti Sisa Hasil Usaha (SHU), arisan, atau warisan sebaiknya dialokasikan untuk simpanan atau tambahan modal usaha.
4. Mencatat dan Menganalisa Pengeluaran
Mencatat pengeluaran mungkin terlihat sepele, namun dengan cara seperti ini, kita bisa memahami sumber penghasilan dan pola pengeluaran atau belanja. Nah, kalau di keluargaku, kami sudah membuat tabel anggaran belanja di komputer berisi perencanaan keuangan dasar dan perencanaan keuangan berjangka. Alasan sederhana supaya kami bisa melihat pendapatan dan pengeluaran yang terkadang datang dan pergi begitu cepat.
Termasuk didalamnya catatan hutang atau cicilan. Seperti yang tertulis diatas, besar hutang adalah maksimal 30%. Hutang tak selamanya buruk jika digunakan untuk hal yang baik. Hutang baik (Hutang Produktif) adalah menambah kesejahteraan dan aset. Contohnya KPR, cicilan kendaraan untuk usaha atau transportasi keluarga. Sedangkan Hutang Buruk (Hutang Konsumtif) menambah kesengsaraan dan mengurangi aset. Contohnya membeli barang-barang yang diinginkan namun tidak dibutuhkan.
Termasuk didalamnya catatan hutang atau cicilan. Seperti yang tertulis diatas, besar hutang adalah maksimal 30%. Hutang tak selamanya buruk jika digunakan untuk hal yang baik. Hutang baik (Hutang Produktif) adalah menambah kesejahteraan dan aset. Contohnya KPR, cicilan kendaraan untuk usaha atau transportasi keluarga. Sedangkan Hutang Buruk (Hutang Konsumtif) menambah kesengsaraan dan mengurangi aset. Contohnya membeli barang-barang yang diinginkan namun tidak dibutuhkan.
Hal yang terpenting adalah berinvestasi. Dulu aku berpikir bahwa mengelola keuangan dengan menabung sudah cukup, tapi ternyata tidak. Tidak ada alasan perempuan untuk tidak berinvestasi karena investasi merupakan aset masa depan yang bisa dimiliki siapa saja.
Investasi bisa dalam bentuk emas, reksadana, properti, dan asuransi. Investasi yang mungkin dianggap sepele namun sangat diperlukan adalah asuransi karena resiko bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Produk investasi seperti asuransi, wajib dimiliki siapa saja, baik bagi perempuan lajang, menikah, menikah dan punya anak, termasuk single mom. Setidaknya setiap kita memiliki produk asuransi jiwa & kesehatan, serta pendidikan bagi yang sudah memiliki anak.
Semoga melalui program ini, para perempuan Indonesia dapat mampu merencanakan keuangan, mengelola dana lebih optimal, dan bisa menyisihkan dana untuk produk-produk keuangan/investasi. Salam sukses!
...
Keep in Touch
Nice post! pembahasan yang sangat mudah dicerna dan dipahami..
ReplyDelete