Perjalanan ke Everest Base Camp di Nepal adalah perjalanan yang aku nanti-nantikan. Sebelum ke Everest Base Camp, tentu persiapan fisik dan mental sangat penting. Selain itu juga harus didukung dengan perlengkapan yang sesuai. Menurutku persiapan yang baik bisa menunjang performa kita juga saat di trek nanti.
Apalagi berbeda dengan pendakian di gunung-gunung Indonesia yang punya iklim tropis, pendakian kali ini tentu akan lebih dingin! Pendakian ke Everest Base Camp via Gokyo memakan waktu sekitar 14 hari. Berikut ini aku spill perlengkapan apa aja yang aku bawa:
Perlengkapan-perlengkapan tersebut akan dibagi dalam dua tas. Ada duffle bag yang akan dibawa oleh porter, yang berisi perlengkapan yang tidak dibutuhkan saat trek. Lalu ada tas daypack yang akan kita bawa sendiri selama trek Everest Base Camp. Perlengkapan yang ada dalam tas kita adalah perlengkapan essentials yang kita butuhkan saat di trek.
What to Bring in Daypack?
Jaket & Celana Hujan
First Aid Kit
Paspor dan Uang Cash
Waterbladder/Tumbler
Powerbank
Outer Jacket
Down Jacket
Merino Buff
Cap/Bucket Hat
Kacamata Hitam
Touchscreen Gloves
Trekking Pole
Sunscreen Spray & Lipbalm SPF
Snacks
Headlamp
Mini Tripod
Camera & Gopro
Things to Remember:
- Travel light. Duffle bag yang dibawa porter sekitar 20-25 kg (untuk 2 orang). Kalau aku timbang daypack-ku sekitar 5-6 kg sudah termasuk air dan perlengkapan yang aku sebut di atas. Para porter juga akan membawa perlengkapan pribadi mereka. Usahakan travel light agar tidak over kapasitas.
- Take More Cash. Pembayaran di tea house rata-rata menggunakan uang cash. Termasuk jika ingin naik transportasi kuda, pembayaran tunai dengan dollar. Tapi kalau di store yang agak besar bisa pakai kartu/cashless.
- Check Passport Validity. Pastikan masa berlaku paspor aman. Kunjungan ke Nepal menggunakan Visa on Arrival menggunakan dollar. Visa dibayar saat tiba di Bandara Tribhuvan Kathmandu.
Mungkin, bisa dibilang aku belum lama berkecimpung di dunia ini dibanding travel blogger senior inspiratifku seperti Mba Trinity dan Mas Ariev Rahman. Tapi siapapun bisa menulis pengalamannya di platform ini toh?
Awal Mula Jadi Travel Blogger
Aku lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara, lulus diwisuda tahun 2014. Aku anak perempuan satu-satunya, anak kedua dari tiga bersaudara. Dulu aku gak dapat privilege buat jalan-jalan. Larangan orang tua yang protektif ya itu salah satu alasannya. Faktor lain ya karena faktor keuangan karena traveling juga butuh uang.
Dulu, traveling itu hal yang sulit aku dapatkan izinnya. Jadi setiap kali bisa keluar aku mau buat pengalaman itu jadi hal yang tak terlupakan. Awal mula menulis blog sebenarnya untuk kenang-kenangan aja. Rasanya, tulisan di blog itu jadi oleh-oleh yang tak lekang oleh waktu.
Buatku, bisa traveling sekarang itu privilege karena dulu gak ada kesempatannya dan susah dapet izinnya. So, I wanna make the best of it!
Waktu masih jadi anak ahensi, aku memanfaatkan waktu weekend dan cuti untuk traveling. Yes! Dulu aku graphic designer yang saat ini menjadi travel blogger/content creator. Ada yang gitu juga kan pastinya? Kuliahnya apa, tapi jadinya malah apa. But, that's okay! Awalnya dulu aku traveling yang dekat, misal di Jakarta karena domisiliku di Jakarta, ikut open trip yang diadakan akhir pekan sabtu-minggu, atau one day trip aja.
Di sela kesibukan menjadi graphic designer di ahensi tadi, aku mulai mengisi tulisan di blog dan upload foto-foto perjalanan juga di Instagram. Seiring berjalannya waktu, ada tawaran pekerjaan untuk mengulas produk di blog. Aku dihubungi via direct message di Instagram. Saat itu, kali pertama aku merasa menemukan potensi dan peluang dari menulis blog. Aku senang sekali! Ternyata tulisanku di blog ada yang baca dan berpotensi menghasilkan uang.
Dari Hobi Jadi Profesi
Akhirnya setelah hampir 6 tahun bekerja di kantor ahensi, aku resmi resign jadi budak korporat dan menjadi fulltime travel blogger dan freelancer. Perjalanan menjadi travel blogger sesungguhnya baru dimulai. Pendapatanku tidak tetap dan harus berusaha lebih untuk mendapatkan uang.
Selanjutnya, aku mencoba untuk mengikuti beberapa lomba blog, lomba foto, dan lomba video. Semua informasinya kudapat dari website serbakuis. Kadang menang, kadang kalah. Tapi ya namanya juga usaha. Hadiah dari lomba-lomba yang pernah kudapat itu bervariasi; dari voucher pulsa, voucher staycation, barang elektronik, uang, hingga paket trip.
Selain itu, karena aku suka posting di instagram juga, beberapa klienpun datang dari sana. Diajak gabung ke komunitas, ajakan barter produk, hingga mendapat networking. Sesungguhnya aku ini introvert, tapi di dunia ini, sosialisasi, komunikasi, dan membangun networking itu penting.
Sebenarnya ada berbagai peluang usaha yang bisa didapat dari menulis blog. Berdasarkan pengalamanku, pendapatan dari blog antara lain bisa didapat dari menulis ulasan produk, jasa, hotel, tempat wisata, liputan acara, serta menjadi narasumber. Selain itu, bisa dari program afiliasi dengan menautkan link atau kode tertentu pada tulisan di blog.
Apalagi sekarang ada sebutan populer di generasi Gen Z yaitu profesi content creator yang membuat konten bukan di blog tapi juga di media sosial lainnya seperti Tiktok, Instagram, dan Youtube. Itu yang aku lakukan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan media sosial. Padahal dulu akupun gak bisa bikin video.
Apa Enaknya Jadi Travel Blogger?
Travel blogger melalukan perjalanan dan membagikan pengalaman melalui blog dan media sosial lainnya. Punya blog sendiri, enaknya aku bisa menulis apapun yang aku mau; misal tentang referensi tempat wisata, tips & trick, dan itinerary wisata. Terlebih secara lebih mendetail karena di platform blog, kita juga memasukkan foto, video, dan link.
Enaknya jadi travel blogger tentu kita bisa jalan-jalan gratis, cobain produk, jasa, atau staycation gratis. Selain itu yang gak kalah penting adalah bisa ketemu orang-orang baru bahkan orang-orang hebat yang gak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan bertemu sosok itu. Misalnya waktu aku naik kereta panoramic bareng pak Sandiaga Uno atau bisa jalan-jalan bareng ka Rikas Harsa, idolaku sejak zaman MTMA. Kalo kalian traveler, pasti dulu pernah nonton program TV ini kan?
Beberapa klien menganggap blog ini sebagai bagian dari media/jurnalis. Travel blog membawaku ke tempat-tempat indah di Indonesia. Aku menulis liputan acara atau destinasi dan juga menghasilkan pendapatan dari hal tersebut. Misalnya waktu liputan Festival Lewetaka di Banda Neira dan Hutan Perempuan di Jayapura bersama Econusa.
Hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu Ambassador Anugerah Pesona Indonesia. Mungkin itu salah satu yang membedakan kami dengan kreator lain, kami punya platform ini. Platform blog yang tulisannya akan selalu ada di halaman pencarian google. Begitupun kata Alm. Muh. Syafaat founder Anugerah Pesona Indonesia, beliau pernah mengatakan bahwa blog adalah rumah kami.
Tantangan Jadi Travel Blogger
Memulai perjalanan menjadi travel blogger, kita pasti mengeluarkan biaya sendiri untuk keluar kota atau keluar negeri. Konsisten jalan-jalan juga jadi tantangan. Rasanya kalo gak jalan-jalan jadi gak ada konten karena sebagian besar konten perjalanan ya dibuat di luar rumah.
Perlu diketahui juga untuk memulai ini, awalnya pun kita membutuhkan modal. Membuat blog memang gratis, tapi untuk keluar jalan-jalan butuh transportasi, butuh ide membuat konten, butuh pulsa untuk paket wifi, membayar domain, dan perintilan lainnya.
Proses memiliki dan mempertahankan platform ini tidak mudah. Perkembangan digital dan media sosial yang semakin populer, aku anggap sebagai kesempatan untuk memperluas networking. Aku tetap menaruh link artikel pada profil media sosial dan membagikan link blog post ke media sosial lainnya.
Beradaptasi dengan media sosial, aku juga pernah membuat microblog, dengan memadukan unsur foto dan tulisan sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Sebagai lulusan Desain Komunikasi Visual, sedikit banyak ilmu desainku ternyata bisa kepake juga nih.
Sama seperti penyanyi, koki, dan profesi lainnya, blogger/content creator juga sudah ada banyak sekali. Tentu ini menjadi tantangan juga bagaimana kita bisa bertahan di industri ini. Aku sendiri berusaha membangun personal branding-ku agar terlihat berbeda dibanding yang lain. Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik kan?
Aku berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman, menjalin networking, dan terus belajar untuk menilik topik unik dari perjalananku. Suatu hari nanti, aku ingin sekali menulis buku. Semoga bisa terwujud. Terima kasih untuk dukungan teman-teman para pembaca blog ini. Jangan lupa follow media sosialku juga yang tertera di bawah ini ya!
Perkembangan era digital, kini sangat berdampak terhadap gaya hidup kita, termasuk perilaku bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan dengan akses yang mudah dan cepat. Selama 128 tahun, BRI terus melakukan adaptasi dan meningkatkan layanan terutama bertransformasi dalam layanan digitalisasi untuk memberi kemudahan bertransaksi kepada masyarakat Indonesia.
Keuntungan Transaksi dengan Layanan Digitalisasi BRI
Sebagai generasi sat-set anti ribet, tentu saya sangat terbantu dengan layanan digitalisasi BRI yang bahkan bisa diakses dalam genggaman ponsel saja. BRI memberi layanan perbankan digital yang membuat hidup jadi lebih mudah, seperti layanan tarik uang tanpa kartu, digital customer service, BRILink, Qlola, dan aplikasi BRImo.
Bagi saya, membuka rekening BRI kini mudah dan cepat melalui aplikasi BRImo tidak perlu datang ke bank. Bahkan saat berbelanja online dan di luar negeri sekalipun, kita dapat menggunakan BRImo untuk bertransaksi. Jadi gak perlu khawatir jika tidak membawa uang tunai, karena transaksi digital menggunakan BRImo lebih praktis.
Transaksi dengan Salah Satu Layanan Digitalisasi BRI
BRImo memiliki banyak fitur, salah satu yang sering saya gunakan adalah QRIS BRImo untuk membeli makanan atau belanja. Pembayaran dengan QRIS BRImo sangat menguntungkan karena kita bisa mengumpulkan poin yang dapat ditukar dengan berbagai macam voucher belanja dan kupon undian BRImo FSTVL. Jadi makin cuan kan?
Dengan BRImo, saya juga gak perlu repot keluar rumah. Segala transaksi dapat dilakukan secara digital, seperti membayar tagihan listrik, air, pulsa, top up BRIZZI, dan transaksi lainnya. Kemudahan bagi saya si anak cashless, sangat efisien dan hemat waktu. Gak hanya itu, bahkan untuk membeli atraksi wisata dan tiket kereta api bisa pakai BRImo lho! Saya sadar, ternyata BRImo sangat menguntungkan dan mempermudah transaksi saya saat traveling.
Aplikasi BRImo ini telah memiliki serifikat ISO 20000-1:2018 dari Robere & Associate sejak November tahun 2021. Selain itu, layanan digital ini juga telah melalui uji kemanan penetration test, untuk melindungi keamanan transaksi nasabah dari risiko penyalahgunaan. Oleh karena itu, inovasi digital BRI berperan membantu masyarakat untuk mengakses layanan perbankan yang aman dan terpercaya.
BRI Dukung UMKM Lokal
Salah satu hal yang saya suka sebagai nasabah BRI adalah BRI memiliki beberapa program yang mendukung UMKM. Misalnya acara BRIlianpreneur yang berkolaborasi dengan banyak UMKM, termasuk dalam digitalisasi pembayaran. Manfaat layanan digitalisasi BRI ini tentu menguntungkan UMKM untuk memperluas jaringan pemasarannya.
Beberapa produk lokal yang saya milikipun, saya dapatkan dengan transaksi dan promo dari BRI. Jadi pahlawan UMKM, BRI dukung UMKM naik kelas melalui digitalisasi, pelatihan, dan inovasi. Program pemberdayaan yang solutif untuk mengembangkan kompetensi masyarakat.
Bersama Chef Chato di Ungkea Jungle Resto
Sebut saja Chef Charles Toto, chef yang berasal dari Jayapura Papua yang pernah saya temui dan memiliki restoran unik di tengah hutan. Ternyata beliau didukung oleh BRI untuk melakukan workshop pelatihan UMKM inovasi sagu untuk mengoptimalkan produk lokal dan menjaga alam.
BRI telah banyak membantu brand lokal menuju global. Dengan layanan digitalisasi, BRI membantu tingkatkan pendapatan UMKM melalui pilihan pembayaran yang mudah dan efisien. Misalnya, kalau dulu masih menggunakan mesin EDC, sekarang transaksi pembayaran dapat lebih cepat dan praktis menggunakan QRIS BRImo.
Bank BRI Hadir di Tengah Masyarakat Indonesia
BRI memiliki jaringan luas yang mencakup kota besar hingga pelosok daerah di Indonesia. Saya teringat saat perjalanan ke Banda Neira beberapa waktu lalu. Katanya kalau ke sana, kita harus menyiapkan uang tunai yang cukup karena Bank sulit ditemukan di sana. Saat itu, saya bertanya kepada pemilik penginapan,
"Memangnya di sini ada bank apa?"
"Bank BRI saja di sini", katanya.
BRI hadir memberi makna di tengah masyarakat Banda Neira. Walau demikian, saya tetap melakukan transaksi digital untuk pembayaran penginapan karena lebih efisien. Sebagian besar masyarakat Banda Neira pasti memiliki rekening Bank BRI.
BRI didirikan tanggal 16 Desember 1895 oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche en Spaarbank der Inlandscha Hoofden. Bank yang didirikan untuk membantu masyarakat desa pada masa itu. Gak heran ya kalau sekarang BRI memiliki banyak cabang dan agen BRILink yang hadir di tengah masyarakat Indonesia.
Tangguh menghadapi tantangan di era globalisasi, BRI sebagai salah satu bank milik pemerintah terbesar di Indonesia sukses beradaptasi dalam dunia digital yang semakin berkembang. Saya yakin, BRI telah banyak berkontribusi untuk kehidupan berbagai lapisan masyarakat di Indonesia.
BRI untuk Indonesia terus meningkatkan layanan dan transformasi digital untuk memberi kemudahan transaksi masyarakat Indonesia. Selamat bertransformasi dengan layanan digitalisasi untuk membangun negeri!
Akhirnya setelah penantian panjang, LRT Jabodebek resmi beroperasi untuk umum. Perjalanan dari rumah kali ini, aku berangkat dari LRT Jakarta Pegangsaan Dua - Velodrome, lanjut naik Transjakarta koridor 4 turun di halte Dukuh Atas. Lalu keluar dari halte menuju stasiun LRT Dukuh Atas yang lokasinya gak terlalu jauh dari situ.
Btw LRT Jakarta yang aku naikki dari Pegangsaan Dua - Velodrome itu gak nyambung ya sama LRT Jabodebek. Dari segi ukuran dan perusahaan yang menanganinya juga beda. Tapi buat warga Kelapa Gading, Pulomas, Rawamangun, dan sekitarnya seperti aku memang LRT Jakarta ini sangat membantu.
LRT Jabodebek kereta tanpa masinis.
LRT Jabodebek dikendalikan tanpa masinis, dengan sistem kendali kereta berbasis komunikasi (CBTC: Communication Base Train Control) Grade of Automation tingkat 3. Tapi gak perlu khawatir, karena di dalam kereta juga ada Train Attendant untuk memastikan perjalanan kita lancar.
Saat ini, LRT Jabodebek melayani rute pelayanan perjalanan dari Dukuh Atas ke Cibubur dan Bekasi. Tentu rute ini menguntungkanku juga karena aku jadi punya opsi transportasi yang lebih mudah, murah, tanpa macet menuju daerah Cibubur dan Bekasi dari Jakarta Utara.
Line 1 Stasiun Harjamukti, Ciracas, Kampung Rambutan, TMII
Line 2 Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang
Line 3 Stasiun Jatimulya, Bekasi Barat, Cikunir 1, Cikunir 2, Jatibening Baru, Halim
Untuk saat ini tarifnya masih flat Rp5000 sampai 30 September 2023. Lalu tarif promo hingga Februari 2024 akan dikenakan sebesar Rp20.000 untuk jarak terjauh. Namun untuk ke depannya tarif akan dikenakan sebesar Rp5000 untuk 1km pertama dan Rp700/kilometer selanjutnya. Pembayaran dapat menggunakan kartu elektronik, seperti e-money, link aja, Kartu Multi Trip (KMT).
Biaya Transportasi yang aku keluarkan dari Kelapa Gading - Cibubur:
LRT Jakarta Pegangsaan Dua - Velodrome Rp5000
Transjakarta Pemuda Rawamangun - Dukuh Atas Rp3500
Stasiun LRT Dukuh Atas - Stasiun LRT TMII Rp5000*
Bisa dibilang penggunaan LRT Jabodebek saat ini masih dengan waktu yang terbatas. Jadi pastikan kita mencari tahu waktu keberangkatan awal dan akhir LRT Jabodebek. Untuk saat ini, Stasiun Halim juga belum dapat digunakan untuk naik-turun penumpang karena sedang ada pengerjaan kereta cepat Jakarta-Bandung.
Oya setelah naik LRT Jabodebek, menurutku ada 3 hal yang diupayakan untuk mengajak masyarakat sama-sama menjaga lingkungan;
Kurangi Polusi Naik Transportasi Umum
Pembangunan infrastruktur transportasi di Jakarta sudah makin berkembang. Walaupun masih ada yang harus ditingkatkan, tapi harus kita dukung. Dalam hal mengurangi polusi udara dan kepadatan kendaraan di Jakarta, ada beberapa moda transportasi publik yang bisa kita gunakan. Selain Bus Transjakarta, commuter line, MRT, LRT Jakarta, juga ada LRT Jabodebek yang baru saja rilis. Sudah coba?
Water Refill Station Kurangi Sampah Botol Plastik
Satu hal yang patut diancungi jempol adalah penyediaan water refill station yang aku lihat di Stasiun Dukuh Atas. Aku juga pernah melihat hal sejenis di Stasiun Gambir. Ini menjadi green movement yang bisa diimplementasi juga di tempat lainnya untuk mengurangi sampah botol plastik. Jika kita membawa botol minum sendiri, kita bisa isi ulang air seperti di negara Singapura.
Tempat Sampah Pilah
Harapanku semoga kita sebagai masyarakat bisa menjaga fasilitas yang ada dan tidak membuang sampah sembarangan. Tempat sampah pilah sudah disediakan di stasiun. Pilah sampah harusnya juga jadi bagian dalam lifestyle kita. Semoga sampah yang dipilah dapat didistribusi/diolah dengan baik.
Vibes-nya berasa kaya di Singapore ya
Pada Stasiun LRT Dukuh Atas terdapat Jembatan Penyeberangan (JPM) yang menghubungkan LRT Jabodebek dengan moda transportasi umum lainnya seperti; Bus Transjakarta, Stasiun KRL Sudirman, MRT Dukuh Atas, dan Kereta Bandara.
Bersamaan dengan pembukaan JPM Dukuh Atas, ternyata ada Festival Kuliner Nusantara 'Jalur Negeri Rasa' hingga 30 September 2023. Untuk ke depannya semoga tetap ada gerai-gerai makanan juga, soalnya pas gak sengaja lewat aja bawaannya jadi pengen jajan, terus ada tempat makannya juga.
Senangnya bisa eksplor Jakarta lebih mudah karena didukung dengan transportasi umum yang semakin nyaman. Yuk kita naik transportasi umum!
Buatku, mengabadikan momen saat traveling itu sangat penting! Setiap perjalanan pasti punya ceritanya sendiri dan dokumentasi traveling justru yang bikin kangen jalan-jalan lagi. Simak tips foto traveling estetik ala Pink Travelogue berikut supaya foto kamu makin kece;
1. Lap Lensa Kamera Sebelum Foto
Untuk menghasilkan foto yang bagus, hal yang paling penting adalah foto tersebut tidak blur. Tapi seringkali kita lupa bahwa handphone kita ditaruh di dalam tas atau kantong celana juga bisa membuat lensa kamera HP jadi butek. Alhasil foto kita jadi burem gitu lho. Jadi jangan lupa untuk lap lensa kamera sebelum foto agar hasil foto saat traveling lebih jernih.
2. Ambil Sudut Pandang Unik
Sebelum datang ke destinasi wisata, aku suka melihat referensi foto di tempat tersebut, sehingga ada bayangan seperti apa tempatnya. Cari waktu terbaik saat berkunjung atau perhatikan waktu untuk momen yang kita inginkan. Misalnya saat momen sunrise/sunset/bluefire, dsb.
Kita bisa gunakan fitur panorama pada HP jika mengambil foto landscape sehingga pemandangan terlihat lebih luas dan indah. Selain itu, kita bisa mencoba ambil sudut pandang unik misalnya low angle atau menggunakan foreground.
3. Sesuaikan Outfit dengan Tempat Wisata
Pemilihan outfit yang tepat juga bisa bikin foto liburan makin keren. Kita bisa pakai baju yang cerah agar terlihat lebih kontras saat di foto atau memilih menggunakan baju putih saat di pantai atau tempat formal.
Biasanya baju putih, hitam, dan merah selalu ada dalam daftar perlengkapan traveling-ku. Tips lainnya, kamu juga bisa gunakan properti seperti kacamata hitam atau topi. Dua benda ini juga selalu aku bawa saat traveling.
Jangan lupa siapkan memory HP/kamera dan baterai cadangan/powerbank
4. Edit Foto dengan Preset
Aku biasanya melakukan tahap edit dulu sebelum upload foto ke media sosial, tentu agar hasilnya lebih bagus. Ada beberapa pilihan aplikasi editor foto seperti VSCO, Snapseed, dan Adobe Lightroom. Kalau aku menggunakan preset di aplikasi Adobe Lightroom. Preset ini bisa disesuaikan sesuai dengan tone tampilan media sosial kamu.
5. Pakai Jasa Edit Foto
Seringkali, foto yang kita inginkan saat traveling itu gak sesuai. Bisa karena destinasi wisata yang ramai, faktor cuaca, keterbatasan waktu, dan lain-lain. Tapi tenang aja, sekarang kamu bisa edit foto traveling kamu di INSTAREPARA!
Foto di Torean-nya Gunung Sumbing.
INSTAREPARA bakal sulap foto kamu jadi makin keren! Dengan menghilangkan keramaian orang, menghapus orang, mengganti background, dan masih banyak lagi. Kamu bisa konsultasikan foto traveling kamu di sini ya! Sayang kan, sudah jauh-jauh traveling tapi hasil fotonya kurang oke?
Perjalanan menuju homestay di Kerinci dimulai dari Bandara Internasional Minangkabau. Iya, meeting point kami di sana. Perjalanan ditempuh sekitar tujuh jam. Di perjalanan tentu aku tidur, lumayan bisa istirahat sejenak.
Kami berhenti di daerah Surian untuk makan siang. Surian terletak di perlintasan jalan dari Padang atau Solok menuju Solok Selatan (dan sebaliknya). Aku menyebutnya rest area, karena banyak sekali pilihan makanan di sana dan tempat ini memang jadi tempat istirahat para pengemudi sebelum melanjutkan perjalanan. Kata Mas Aji driver kami, Surian diambil dari nama kayu.
Aku menyantap nasi setengah porsi, ayam bakar, dan sayuran rebus. Mas Aji juga merekomendasi minuman khas Sumatera Baratdi di sini, Teh Talua namanya. Awalnya aku ragu sebab teh tersebut dicampur dengan telur mentah. Katanya sih, Teh Talua berkhasiat untuk menambah stamina. Berhubung aku penasaran, jadi mari kita coba!
Segelas Teh Talua atau Teh Telur disajikan dengan jeruk nipis. Setelah diaduk dan diberi jeruk nipis, ternyata Teh Talua enak juga! Menurutku rasanya seperti teh tarik di kedai kopi modern dan teksturnya kental. Sepertinya perasan jeruk nipis itu yang membuat aroma dan rasanya gak amis telur.
Konon dulu Teh Talua disajikan untuk para bangsawan. Ternyata Teh Talua ini masuk dalam deretan Warisan Budaya Tak Benda lho! Jika berkunjung ke Sumatera Barat, jangan lupa cobain minuman tradisional yang satu ini ya.
Tak terasa setelah menempuh perjalanan roadtrip sekitar 7 jam dari Padang ke Jambi, kami tiba di homestay sebelum keesokan harinya mendaki Gunung Kerinci. Warna langit senja yang cantik dengan latar Gunung Kerinci mengantarkan kami ke Labora Homestay, penginapan dengan view terbaik di kaki Gunung Kerinci.
Setelah menaruh barang-barang di kamar, kami diajak ke rooftop. Area yang cukup luas dengan view langsung menghadap Gunung Kerinci terpampang nyata, indah sekali! Kami menginap di lantai dua, fasilitas di kamar cukup lengkap termasuk air minum, pemanas air minum, teh, kopi, water heater untuk mandi, dan WiFi pastinya.
Keesokan hari, kami menyantap sarapan yang disediakan. Ada pilihan nasi goreng dan soto ayam. Cuaca hari itu sangat cerah, view pemandangan Gunung Kerinci menemani pagi kami. Setelah sarapan, aku sempat membawa teh hangat ke rooftop dan menikmati keindahan Gunung Kerinci dan Kebun Teh Kayu Aro yang luas.
Aku menginap di sini sebelum dan sesudah mendaki Gunung Kerinci. Lokasi Labora Homestay sangat strategis, tak jauh dengan pintu rimba Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh. Selain menjadi spot terbaik untuk melihat indahnya sunrise dan sunset Gunung Kerinci, Labora Homestay juga dekat dengan beberapa tempat makan, toko perlengkapan mendaki gunung, bahkan ada minimarket persis di sebelahnya.
Cobek Bakar Sambal Kerinci. Pedesnya bikin kuping pengeng tapi enak!
Hanya dengan berjalan kaki, kita bisa mampir ke warung makan Cobek Bakar Sambal Kerinci. Dua malam terakhir, aku makan di sini karena cocok di lidah dan harganya juga terjangkau. Sebelum pulang kembali roadtrip ke Padang, aku sempat membeli oleh-oleh teh khas Kayu Aro yang dijual di minimarket tadi. Harganya mulai dari Rp7000 saja. Sampai jumpa lagi Kerinci!
Labora Homestay Kerinci Alamat Jalan Raya Pasar Kersik Tua, Batang Sangir, Kec. Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi 37163 Telephone0822 4556 9979/0823 8360 4788 Instagram@labora_kerinci
Hello! I’m Irene from Indonesia. Thank you for visiting my blog. Basicly I’m graduated from Bachelor of Graphic Design. But in my quarter century, I started to write my journey through my personal blog. Read more about me here.