Perjalanan kami untuk explore kuliner dan kawasan pecinan di Bogor berawal karena Sigit mau pulang kampung (ke Jakarta) menjelang imlek. Rencana dadakan kami akhirnya terealisasi. Tak kenal maka tak sayang, kenalan dulu yuk sama temen-temenku ini; Kang Aip, Bang Juan, Andrew, Sigit, Kak Ika, dan Mardiah. Kami naik commuter line dari Jakarta ke Bogor dengan harga Rp6000 saja.
Bangunan Kuno di Jalan Suryakancana
|
Yung Bangka Es
Saat itu sudah jam 11 siang, saatnya brunch (gaya betul). Kak Ika mengajak kami makan ke Yung Bangka Es (YBE) di Jalan Sudirman. Siapa yang menolak makan bakmi, apalagi ini salah satu makanan favoritku. Kedai legendaris ini sudah berdiri sejak tahun 1978 oleh Yoeng yang asli keturunan Tionghoa. Tapi yang di Jalan Sudirman ini gerai cabangnya, gerai pertama ada di Jalan Kapten Muslihat.
Bakmi Ayam Jamur Yung Bangka Es. Aku memesan bakmi ayam seharga Rp.22.000. Tipe bakmi bangka biasanya manis, tapi kita bisa request mau bakmi asin atau manis, jadi aku pilih bakmi yang asin. Tipe bakmi lurus dengan bumbu racikan turun-temurun membuat rasa bakmi ini enak tak tertandingi! Porsinya cukup besar, tapi ternyata aku habis juga satu mangkok ini. Selain bakmi, ada juga bihun dan kwetiau lengkap dengan baso, tahu baso, dan pangsit. Tapi ada banyak menu lainnya juga seperti nasi tim, nasi goreng, beberapa menu seafood dan chinese food. Dari aku datang sampai selesai makan, kedai ini tak pernah sepi pengunjung, apalagi YBE sudah tersertifikasi halal. |
Buah Kemang. |
Kami juga mencicipi Es Kemang seharga Rp18.000. Penasaran dengan buah ini, ternyata buah Kemang memang khas Bogor. Beberapa kali aku mengunjungi Bogor, baru kali ini aku minum Jus Kemang. Penampakkannya seperti kentang berwarna kecokelatan, wanginya seperti mangga, rasanya seperti campuran buah sirsak dan nangka. Kalian wajib coba karena enak dan menyegarkan sekali!
Jus Kemang Bogor Permai. |
Tak jauh dari Yung Bangka Es, kami mengunjungi Bogor Permai, yang merupakan toko roti tertua di kota Bogor. Banyak sekali pilihan roti, jajanan pasar, dan pojok makanan di sini. Aku membeli Roti Gamblang seharga Rp 9000 dan Roti Gepeng Cokelat seharga Rp9500. Roti-roti disini dibuat tanpa bahan pengawet. Walaupun toko roti jadul, tapi inovasinya bisa dicontoh seperti kantong plastik di Bogor Permai sudah diganti menggunakan tas spunbond seharga Rp4000 atau plastik singkong seharga Rp500. Mantap gan!
Aneka roti dan jajanan pasar. |
Roti Gambang dan Roti Gepeng Cokelat. |
Kebun Raya Bogor
Awalnya kami mau mengunjungi Kebun Raya Bogor untuk melihat Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum). Tapi ternyata Bunga Bangkai sudah mekar awal Januari 2020 lalu dan bertahan satu minggu. Fyi, banyak orang mengira kalau Bunga Bangkai dan Bunga Rafflessia itu jenis yang sama. Mereka berbeda ya seperti aku dan kamu. Bunga Bangkai bentuknya tinggi keatas (bisa mencapai 2 meter), sedangkan Bunga Rafflesia itu bentuknya melebar kesamping, seperti gambar yang dulu pernah kulihat di buku Biologi gitu. Bunga Bangkai di Kebun Raya Bogor membutuhkan waktu hingga empat tahun untuk mekar kembali. Oh wow, berarti kalau mau lihat Bunga Bangkai berbunga kembali tunggu tahun 2024 ya! Jadi kami foto-foto didepan gerbang masuk Kebun Raya Bogor yang ternyata kok keren juga. Kelihatannya seperti gedung di luar negeri gitu lho!
Foto didepan pintu masuk Kebun Raya Bogor |
Jalan Suryakancana
Jalan Suryakancana terletak berseberangan dengan Kebun Raya Bogor. Gerbang ini menjadi simbol keberagaman budaya dan toleransi masyarakat Sunda dan Tionghoa di Bogor. Jalan Suryakancana kini menjadi tempat wisata kuliner yang terkenal. Sepanjang jalan ini juga masih ada rumah kapiten dan rumah kuno lainnya. Kalau di Jakarta ibarat Glodok yang terkenal dengan Wilayah Petak 9, kalau di Bogor ada Jalan Suryakancana ini sebagai wilayah pecinan yang penuh dengan wisata kuliner dan juga sejarah.
Let's go |
Foto depan bangunan kuno yang dijadikan kedai kopi |
What's next? |
Kami mampir ke Gerai Es Pak Ujang Suryakencana. Pilihan es cukup beragam; ada es Pala, Mangga, Sirsak, Pukat, Kelapa Muda, Pukat Kocok, Es Teler, Sop Buah. Duh seger-seger semuanya. Berbagai es buah dibandrol dengan harga Rp7000 saja. Aku juga memesan jus alpukat, bahkan saking enaknya sampai lupa kufoto. Rasanya ingin balik lagi deh kesini karena masih belum puas cobain jajanan dan kuliner di Jalan Suryakancana.
Es buah Pala pak Ujang enak banget |
Perhatian!
Trotoar jalan di kawasan Lawang Suryakancana ini sudah lebar dan rapi, tapi kita harus tetap berhati-hati. Awalnya, aku lagi jalan sama Mardiah. Aku merasa gak nyaman karena merasa seperti ada orang mengikuti. Lalu pas aku nengok, orang itu lihat mataku, dan dia agak melihat kebawah. Jadi aku langsung reflek mau masukkan HP ke tas.
Langsung aku bilang ke Mardiah kayaknya orang dibelakang ngikutin kita dan bener aja dia terus ngikutin kita, sampai akhirnya Bang Juan dan kak Ika juga ternyata sadar kalau kita diikuti copet. Akhirnya BangJu langsung minta kita pura-pura foto di sini dan membiarkan 2 orang yang diduga pencopet itu lewat dulu.
Foto ala-ala menghindari pencopet |
Kelenteng Pan Kho Bio, Pulo Geulis
Selanjutnya, dari Jalan Suryakancana tadi, kami menuju Pulo Geulis untuk mengunjungi Kelenteng Pan Kho Bio Pulo Geulis. Saat perjalanan ke Kelenteng Pan Kho Bio Pulo Geulis, kami melewati gang kecil, perumahan warga, dan jembatan penyambung menuju Pulo Geulis.
Melewati jalan gang berundak macam gini kayak perumahan di Korea gitu. |
Apa itu Pulo Geulis? Alkisah pada tahun 1482, Kerajaan Pajajaran berdiri ketika Mundinglaya (cerita rakyat dari masyarakat Sunda) menyusuri Sungai Ciliwung, ia menemukan sebuah pulau yang diyakini saat ini sebagai Pulo Geulis. Disebut pulau karena lokasinya berada ditengah-tengah aliran Sungai Ciliwung yang luasnya sekitar 3,5 hektar. Pulau ini kemudian dijadikan salah satu tempat peristirahatan keluarga kerajaan dan diberi nama Pulau Parakan Baranangsiang.
Tahun 1579-1687, Kerajaan Pajajaran runtuh akibat diserang Kerajaan Banten dan Cirebon. Pulau ini menjadi hutan belantara tak bertuan. Tahun 1703-1704 ditemukan kembali oleh Abraham Van Riebeeck, saat ekspedisi mencari jejak peninggalan Kerajaan Pajajaran dan Kerajaan Sunda. Kemudian pulau ini diberi nama Pulo Geulis. Sejak dulu dihuni oleh suku Sunda dan Tionghoa. Saat ini berjumlah lebih dari 2500 jiwa lho!
Pintu masuk Kelenteng Phan Ko Bio |
Di Pulau Geulis terdapat sebuah cagar budaya bernama Vihara Maha Brahma, yang terkenal dengan sebutan Kelenteng Pan Kho Bio sebagai kelenteng tertua di Kota Bogor. Pada bagian depan terdapat dekorasi payung yang melambangkan percampuran budaya Sunda. Kelenteng biasanya digunakan sebagai tempat beribadah Konghucu. Namun tempat ini menjadi saksi toleransi beragama, karena agama Budha juga bisa beribadah dan tersedia mushola di dalam Kelenteng bagi umat muslim. Menjelang perayaan imlek, kelenteng dihiasi dengan dekorasi lampion-lampion merah. Kamipun diundang untuk makan bersama. Sebuah kebersamaan yang tak terlupakan.
Jamuan makan soto mie |
Muka-muka bahagia habis makan Soto Mie |
Teras Salak (BTM Mall)
Sebelum kembali ke Jakarta, kami mampir ke Teras Salak di BTM (Bogor Trade Mall). Berada di lantai 3 BTM, Teras Salak menjadi spot terbaik untuk melihat view Gunung Salak. Sayangnya cuaca sedang mendung, jadi tak terlihat view nya. Haruskah kembali?
Teras Salak. Photo by: @ariefpokto |
Gunung Salak tertutup awan.
=============================================================================================
|
Transportasi
Jakarta ke Bogor (KRL) Rp6000
Stasiun Bogor - Yung Bangka Es (Grab) Rp 21.000/5 (@Rp4200)
Bogor Permai - Kebun Raya Bogor (Grab) Rp 20.000/6 (@Rp3300)
BTM - Stasiun Bogor (Angkot) Rp3000
Bogor - Jakarta (KRL) Rp6000
Makan
Bakmi Ayam Jamur (Yung Bangka Es) Rp22.000
Jus Kemang (Yung Bangka Es) Rp18.000
Roti Gambang (Bogor Permai) Rp9.000
Roti Gepeng Cokelat (Bogor Permai) Rp9.500
Jus Alpukat (Es Pak Ujang - Jalan Suryakancana) Rp7.000
...
Keep in Touch
Thanks for reading!
17 komentar: