Banyak hal terjadi hingga pertengahan tahun 2020 ini, termasuk salah satunya Virus Covid-19 yang masih beredar di dunia. Berbagai kalangan dan sektor terkena dampak tak terkecuali! Pandemi Covid-19 juga berpengaruh besar terhadap industri pariwisata yang selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian; mulai dari moda transportasi, akomodasi, dan tempat wisata itu sendiri.
Rasanya sudah sejak bulan Februari lalu, saya tidak melakukan perjalanan. Tapi hal tersebut tak boleh menyurutkan semangat kita untuk tetap mempromosikan pariwisata Indonesia di mata dunia ke depannya. Bagi saya dan para teman pejalan, adaptasi kebiasaan baru wajib diterapkan. Persiapan traveling setelah pandemi Covid-19 harus mengikuti protokol yang ada.
Sudah lebih dari tiga bulan saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Biasanya, saya sering menggunakan transportasi umum untuk bepergian. Rumah saya di Jakarta Utara, jika bepergian (jauh) ke Jakarta Selatan, semua moda transportasi umum saya naikki, mulai dari ojek online, LRT, Trans Jakarta, dan MRT. Apa kabarnya ya sekarang? Saat ini cuma bisa melihat dia dari foto dan sosial media saja. Ternyata ngangenin juga.
Padahal beberapa hari sebelum tempat wisata di Jakarta ditutup, saya dan beberapa teman sudah merencanakan pergi keliling Jakarta menggunakan transportasi umum. Tapi siapa sangka sejak saat itu, tempat wisata yang ingin kami kunjungi ditutup untuk umum. Namun, saya yakin saat tempat-tempat wisata dibuka lagi, kebersihan akan menjadi hal yang sangat penting bagi wisatawan maupun pengelola objek wisata.
Adaptasi Kebiasaan Baru
Sudah siap untuk menghadapi realita setelah pandemi Covid-19? Siap tidak siap, kita harus bisa menghadapi realita untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Adaptasi kebiasaan baru adalah bagaimana cara kita menyesuaikan kebiasaan dan gaya hidup. Walaupun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih berlangsung, namun protokol kebersihan dan kesehatan tetap berlaku, sehingga kita tetap aman produktif.
Adaptasi kebiasaan baru juga dilakukan pada sektor penting yang terdampak Covid-19 seperti; transportasi umum, restoran, rumah ibadah, kantor, dan beberapa tempat yang sudah ditentukan berdasarkan zona pemetaan. Zona tersebut terbagi atas zona hijau: zona yang tidak berdampak, zona kuning: zona dengan resiko rendah, zona oranye: zona dengan resiko sedang, dan zona merah: zona dengan resiko tinggi. Berdasarkan Permenhub 18/2020, Kementerian Perhubungan juga mengeluarkan aturan batas kapasitas penumpang kendaraan umum saat masa Adaptasi Kebiasaan Baru, sesuai dengan zona Covid/PSBB masing-masing.
Untuk kedepannya, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan berencana memperkenalkan aplikasi L-Cov (Lacak Covid) bagi pengguna transportasi di Jabodetabek. Aplikasi L-Cov diharapkan dapat membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan dini terhadap potensi penyebaran virus Covid-19, baik sebelum maupun saat bermobilitas menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi,
Persiapan Perjalanan Setelah Pandemi Covid 19
1. Pastikan Kamu Sehat Saat Bepergian
Tubuh yang sehat dan stamina yang fit pastinya membuat perjalanan menjadi lebih nyaman. Jika memiliki gejala batuk, flu, dan sesak nafas lebih baik memeriksakan diri ke dokter. Hal tersebut dilakukan demi kebaikan sendiri dan orang lain agar tidak tertular virus. Jangan lupa untuk membawa surat keterangan sehat (saat bepergian jarak panjang), selalu sedia obat-obatan pribadi, minum air yang cukup, dan konsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Datang dan Pergi Lebih Awal
Maksud saya, saat kondisi seperti ini kepadatan penumpang untuk menggunakan transportasi publik pasti meningkat, check in, dan pemeriksaan berkas serta fisik saat bepergian juga memakan waktu yang lebih lama. Physical Distancing yang diterapkan mengharuskan kita menjaga jarak satu sama lain setidaknya dua meter. Hal tersebut membuat antrean lebih panjang dan lama. Kita gak bisa menyalahkan keadaan karena semua terkena dampaknya. Tapi hal kecil yang bisa kita lakukan adalah, bangun lebih pagi dan berangkat lebih awal agar kita masih berada di antrean depan.
3. Pembelian Tiket Wisata/Reservasi Secara Online
Saat ini, dunia digital sangat membantu perkembangan dunia pariwisata. Hal ini juga dapat dimanfaatkan dalam pembelian tiket wisata atau reservasi tempat secara online demi mengurangi kontak fisik. Selain itu, hal tersebut juga dapat mengurangi penggunaan tiket fisik dan uang kertas. Sudah banyak operator perjalanan menyediakan aplikasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan informasi bagi para pejalan. Perkembanga teknologi zaman sekarang, memudahkan kita dalam beradaptasi kebiasaan baru.
4. Membawa Masker dan Hand Sanitizer
Sebenarnya saat bepergian menggunakan transportasi publik, saya sudah terbiasa menggunakan masker mulut. Alasan sederhananya adalah agar saya tidak langsung terpapar debu atau asap kendaraan. Namun sekarang kegunaannya lebih dari itu karena siapa saja bisa terpapar virus bahkan tanpa gejala. Penggunaan masker mulut meminimalisir penyebaran droplets virus corona.
Gunakan masker kain/reusable sehingga dapat dicuci ulang dan mengurangi limbah masker sekali pakai. Masker kain digunakan tidak lebih dari empat jam, jadi sebaiknya kita selalu membawa masker cadangan dalam tas saat bepergian. Saya juga membawa tissue, parfum, serta hand sanitizer serbaguna untuk mencuci tangan saat tidak ada wastafel dan mencuci barang bawaan yang mungkin berpotensi terkena virus.
5. Membawa Botol Minum dan Alat Makan Sendiri
Sebelum pandemi ini, saya memang sudah membawa botol minum senditi. Terlebih seorang teman pejalan saya, selalu mengingatkan untuk membawa alat makan sendiri karena lebih higienis dan nyaman karena tidak digunakan oleh orang lain. Dengan begitu, kita juga turut berkontribusi memutus penularan virus Covid-19 dan mengurangi limbah sampah kemasan makanan, kan?
6. Tetap Melakukan Pyhsical Distancing
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah diterapkan di berbagai tempat seperti di restoran, rumah ibadah, mall, terminal, stasiun, bandara, dan tempat publik lainnya. Kita harus tetap memperhatikan marka tanda jarak, dan berdiri atau duduk sesuai tanda yang disediakan. Saat naik transportasi publik; seperti bus, kereta, dan pesawat, kita wajib menghargai sesama pengguna transportasi dengan tidak ngobrol secara langsung ataupun melalui telepon karena hal itu mengganggu orang lain dan berpotensi menyebarkan virus Covid-19.
Harapan Besar dengan Adaptasi Kebiasaan Baru
Masa pandemi Covid-19 membawa harapan yang besar bagi semua kalangan; harapan untuk hidup yang lebih baik. Kita semua turut ambil bagian dalam menanggulangi wabah ini. Saya berharap sektor pariwisata di Indonesia tetap meningkatkan protokol kebersihan karena faktor kebersihan membuat pejalan atau pelancong merasa lebih nyaman, mendatangkan suasana hati yang senang dan jiwa yang sehat.
Penyediaan pos sanitasi (wastafel) dan hand sanitizer tetap dipertahankan di ruang publik, serta perbanyak tempat sampah. Namun hal tersebut harus dibarengi dengan inisiasi masyarakat yang bijak dan sadar diri. Saat mendatangi toilet umum ataupun toilet di tempat wisata, saya berharap pengelola memiliki standar sabun yang sesuai, karena saya sering melihat rasio sabun dalam botol yang terisi banyak oleh air.
Saya juga berharap masyarakat bisa lebih tertib dan antre saat menggunakan transportasi publik. Fasilitas ini kita gunakan bersama sehingga sudah seharusnya kita turut menjaga demi kenyamanan bersama. Suatu hari, saat saya naik bus, beberapa orang berdesakan masuk ke dalam saat bus sudah penuh, bahkan hingga saya tak bisa bergerak. Saya rasa budaya antre, perlu ditekankan dan awak transportasi perlu ditambah sehingga armada datang lebih tepat waktu, serta tidak terjadi penumpukkan penumpang.
Hal-hal yang saya sebutkan diatas terlihat banyak ya? Tapi kita harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru ini. Setidaknya pandemi membawa perubahan tentang gaya wisata yang lebih mengedepankan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan untuk kedepannya. Kita perlu ingat bahwa penyebaran virus Covid-19 ini belum berakhir, namun hidup ini akan terus berjalan. Saya sudah gak sabar untuk traveling lagi, pastinya setelah kondisi membaik dan tetap mematuhi protokol yang berlaku.
Luar biasa sekli kak. Betul sekali kita harus bisa beradaptasi dengan keadaan yang baru. Dari wabah ini kita juga banyak belajar ya dari adanya wabah ini. Semiga semua nya segera pulih kembali.
ReplyDeleteThank you udah sharing, Irene! Kalau dalam waktu dekat jujur kayaknya belum berani untuk traveling jauh-jauh, tapi udah mulai tergoda buat staycation soalnya udah lumayan butek di rumah. Penginc ari suasana baru. Hehehe. Tapi tentu aja, kita harus bener-bener beradaptasi dengan kebiasaan baru ini. Protokol kesehatan dan kebersihan bener-bener harus dipatuhi, ya.
ReplyDeletesekarang untuk keluar rumah harus siap dengan aturan new normal
ReplyDeletedi pusat perbelanjaan disediakan wastafel lengkap dengan sabun, bawa hand sanitizer sendiri, harus jaga kesehatan dan mawas diri