Banda Neira terkenal akan kekayaan rempah-rempah. Sebut saja ada buah pala, cengkeh, kayu manis, dan kenari. Terutama Pala Banda yang mendunia hingga saat ini. Gak heran kalau Banda Neira punya julukan The Spice Island. Komoditasnya sudah diperdagangkan sejak zaman penjajahan. Sejarah perdagangan rempah di Banda Neira menjadi saksi perjuangan masyarakat untuk mempertahankan tanahnya.
Buah Pala yang Mendunia
Banyak pedagang dari seluruh dunia mengincar Pala di Banda, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tahukah kamu bahwa salah satu pulau di Banda Neira yaitu Pulau Rhun, dulu pernah ditukar dengan Manhattan? Hal itu ada tertulis dalam Perjanjian Breda bahwa Belanda menukar Pulau Manhattan dengan Pulau Rhun kepada Inggris.
Alasannya adalah karena Pulau Rhun terkenal sebagai Penghasil Pala Terbesar Di Dunia. Banda Neira menjadi satu-satunya penghasil pala pada zaman dulu. Bahkan pada waktu itu, harga pala bersanding dengan harga emas lho!
Keranjang pala dan alat petiknya. |
Saat saya berada di Pulau Rhun dan Desa Lonthoir di Pulau Banda Besar, rasanya saya melihat hampir setiap rumah memiliki kebun pala, mereka mengeringkan pala itu di depan rumah. Pala yang sudah dipanen dimasukkan ke dalam keranjang, karena buah pala yang jatuh ke tanah dianggap rusak.
Baca Juga: Festival Lewetaka Jaga Banda Neira
Buah pala terdiri dari bagian kulit, buah, dan fuli. Semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Pada zaman Romawi kuno, biji pala dijadikan sebagai pengawet mayat/mummy, sebagai anti penyakit bisul pada anak yang digantung di leher dengan benang, dan hingga saat ini biji pala yang digerus/diparut dapat dijadikan sebagai penyedap makanan.
Sedangkan kulit pala bisa dijadikan manisan pala, jus pala, selai pala, sirup pala, dan juga bahan masakan. Nah, bagian berwarna merah yang menyelimuti biji pala itulah yang disebut fuli. Fuli bisa digunakan untuk bahan pembuatan minyak atsiri, kosmetik, dan alas kasur yang dicampur dengan kapuk. Justru Fuli ini yang harganya lebih mahal dibandingkan biji Pala yang cokelat.
Biji Pala dan Fuli (berwarna merah) |
Pohon Pelindung Pala
Pohon Pala, tak bisa hidup sendirian. Biasanya Pohon Kenari yang menjadi pohon pelindungnya dari terik matahari dan angin kencang, sebab pala itu sangat sensitif. Metode ini sudah diterapkan Belanda sedari dulu, Pohon Kenari ditanam lebih dulu kemudian Pala.
Saya sendiri takjub melihat Pohon Kenari yang ternyata tinggi besar! Batang pohonnya kokoh dan berdiameter besar. Namun saat berada di Pulau Rhun, ada juga Pohon Mangga dan Pohon Durian yang tumbuh sebagai pohon pelindung Pala. Hal itu disesuaikan kontur tanah yang cocok di daerah tersebut.
Pohon Kenari di Desa Lonthoir, Banda Besar. |
Buah Pala sebelum dipetik. |
Perkebunan Pala di Desa Lonthoir Banda Besar merupakan salah satu Kebun Pala Terbesar yang ada di Kepulauan Banda. Melihat pohon-pohon Kenari Desa Lonthoir Banda Besar, saya merasa seperti ada di negeri dongeng! Setiap hari Jum'at, kakak-kakak dari Moluccas Coastal Care menanam pohon di sini. Jadi, saya juga tak ingin melewatkan menanam bibit Pohon Kenari.
Pohon Kenari tentu menghasilkan kacang kenari yang juga menjadi komoditas unggulan di Banda. Tak heran, beberapa kuliner yang saya cicipi di Banda Neira ada topping kenari dan topping-nya itu gak pelit alias berlimpah! Saya menikmati kue bolu ombekuk, kopi/teh kayu manis kenari, dan oleh-oleh yang saya bawa pulang yaitu roti kenari.
Kuliner dari Pala dan Kenari; Jus Pala - Kue Ombekuk - Teh Kayu Manis Kenari. |
Rumah Pengering Rempah
Econusa dan Moluccas Coastal Care melakukan pendampingan kepada petani terkait dengan proses pengolahan hingga hasil panen, serta proses pengeringan dengan membangun Rumah Pengering Rempah. Rumah Pengering Rempah dapat digunakan untuk mengeringkan pala, cengkeh, dan kenari. Bangunannya menggunakan plastik UV untuk meningkatkan kualitas pala, menjaga panas yang stabil, menjaga aroma, tidak berbau asap, dan tidak terkontaminasi.
Baca Juga: Wisata Banda Neira yang Wajib Dikunjungi
Biasanya masyarakat melakukan proses pengeringan pala dengan pengasapan. Namun untuk meningkatkan kualitas pala, saat inipun permintaan untuk pasar Eropa tidak menginginkan pala yang berbau asap, karena dinilai bisa saja mengandung bakteri. Oleh karena itu, ada salah seorang warga Pulau Rhun, Bapak Latora yang mencoba melakukan pengeringan pala di Rumah Pengering Rempah ini.
Sebenarnya petani pala memiliki tantangan pada musim Ombong Mei, karena hasil panennya menurun akibat perubahan cuaca. Ombong Mei yang dimaksud mengakibatkan pala gugur setiap tahun. Oleh karena itu, biasanya para petani sudah antisipasi untuk menanam pohon pelindung untuk mengurangi resikonya.
Pala Banda Neira kini masih menjadi primadona. Pala Banda itu eksklusif, harganya diatas rata-rata. Tidak ada yang bisa menyaingi Pala Banda. Di Pasar Eropa, kebanyakan masakan atau cemilan menggunakan bumbu pala.
Jadi, sudah pernah coba atau merasakan hasil komoditas unggulan Pala Banda Neira yang mendunia?
...
Keep in Touch
0 komentar: