Opening Ceremony. Tarian oleh Noken Lab. |
Tahukah kamu kalau Indonesia memiliki salah satu hutan tropis terluas di muka bumi ini? Tutupan hutan tropis terbesar ada di wilayah timur Indonesia, tepatnya di Provinsi Papua. Tanah Surga, katanya. Julukan yang menggambarkan betapa indahnya Negeri itu. Timur Indonesia memiliki segudang keindahan alam dan budaya yang sangat memikat. Namun tanah surga itu juga memiliki ancaman terhadap alam yang terus ada.
Perjuangan dan semangat menyelamatkan Tanah Surga ini dipaparkan dalam Econusa Outlook 2022 yang mengangkat teman "Rasa Timur". Outlook artinya melihat ke depan tapi juga belajar dari pengalaman masa lalu. Outlook Econusa bertujuan mengenalkan program Econusa kepada publik dan menjaga relasi dengan mitra strategis untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan.
Tanah Surga tak terlepas dari problematika deforestasi yang mengancam alam dan hak masyarakat adat. Bagi masyarakat Tanah Papua dan Kepulauan Maluku, hutan adalah ibu, yang memberi kehidupan. "Masyarakat bergantung dengan alam, mereka mencari sumber pangan dari hutan", ujar Dr. Johny Kamuru, Bupati Sorong Provinsi Papua Barat. Namun jika hutan itu habis, dimana mereka (dan kita) mendapat makanan? Jika dipikir-pikir, apa yang kita konsumsi sekarang berasal dari alam toh, hasil dari hutan dan laut?
Baca Juga: Makanan Favorit dari Hutan
Di sini peran Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (Econusa Foundation) hadir untuk membantu pengelolaan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan, dengan mendorong pembangunan dan pengembangan masyarakat adat. Econusa menjembatani komunikasi antara pemangku kepentingan di wilayah timur Indonesia, yaitu Papua Barat, Papua, Maluku, dan Ternate.
Ibu Amalia Adininggar Wisyasanti, Deputi Bidang Ekonomi menceritakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 didorong oleh Indonesia bagian timur yaitu Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Provinsi Maluku dengan pertumbuhan investasi dan ekspor produk nikel dan turunannya. Sedangkan Tanah Papua dengan investasi dan produksi emas dan tembaga.
Pada tahun 2022, Indonesia akan memaksimalkan pertumbuhan ekonomi antara lain dengan pemulihan daya beli dan usaha, peningkatan pemerataan infrastruktur dengan layanan digital, ketahanan pangan, serta pembangunan rendah karbon. Hal ini diupayakan untuk menekan laju perubahan iklim dengan komitmen ekonomi hijau, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan.
Merajut Rasa Timur, Beradat Jaga Hutan dan Laut
Keanekaragaman hayati di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku tak hanya terletak pada tutupan hutan tropis yang menjadi sumber kehidupan manusia, tapi juga terletak di lokasi strategis coral triangle atau segitiga terumbu karang. Hal ini menjadi rumah bagi banyak spesies terumbu karang yang otomatis membuat daerah tersebut memiliki komoditas ikan yang berlimpah.
Ekosistem hutan dan laut Indonesia berperan dalam menyeimbangkan iklim di dunia. Bustar Maitar, CEO Econusa bercerita mengenai pengelolaan sumber daya alam dan ketahanan iklim di Indonesia Timur. Masyarakat adat mengelola Sumber Daya Alam untuk keberlangsungan hidup. Krisis yang kita hadapi saat ini tidak hanya pandemi ini, melainkan krisis iklim. Percaya atau tidak, apa yang kita lakukan sekarang akan berdampak untuk kehidupan kita mendatang?
"Kita harus merasakan apa yang masyarakat adat rasakan", sebutnya. Rasa Timur yang ingin disampaikan di sini adalah rasa untuk menjaga hutan dan laut di Timur Indonesia sebagai benteng terakhir hutan alam luas yang tersisa di Indonesia untuk memerangi krisis iklim. Indonesia adalah negara yang berbudaya dan beradat, hal itu harus dipertahankan untuk membangun sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan. Untuk itu, kita sebagai manusia yang memiliki adat wajib menjaga alam; hutan, dan laut.
Imagine a fish without water, imagine a world without trees. Can we survive?
Saya selalu ingat cerita fakta tentang salju terakhir di Pegunungan Jayawijaya. Salah satu gambaran nyata yang wajib kita ketahui bahwa dulu salju menyelimuti hampir semua pegunungan itu, tapi tahun demi tahun, perubaham itu nyata. Salju satu-satunya di Indonesia itu menipis. Hal ini menggambarkan bahwa lambat laun bumi ini akan habis termakan waktu jika kita acuh.
Dalam Econusa Outlook ini, Dr. Johny Kamuru bercerita tentang Komitmen Perbaikan Tata Kelola Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit dan Perlindungan Masyarakat Adat di Kabupaten Sorong. Dulu saat dirinya menjabat sebagai Kepala Distrik Sayosa, Pak Johny merasakan sendiri saat beliau harus berjalan kaki sekitar 9 jam karena sulitnya akses transportasi di wilayah itu.
"Saya melihat kayu besar, pemandangan yang indah, pepohonan, apa hutan ini masih ada sampai nanti?", katanya saat itu. Kalimat yang paling saya ingat, beliau mengatakan bahwa di Tanah Papua, kita tidak butuh orang dengan kata-kata yang kuat, tapi hati yang kuat, tulus, dan mau melayani. Hati saya bergetar, rasa (timur) itu sampai di hati.
Lalu saat menjabat sebagai bupati, beliau turut hadir dalam sidang gugatan untuk membela masyarakat, mencabut izin perusahaan yang tidak dikelola dengan baik, agar jangan sampai dikorbankan karena keuntungan perusahaan semata. Bersama dengan itu, Econusa juga pendampingan dan proses evaluasi terhadap perizinan perkebunan kelapa sawit agar masyarakat mendapatkan hak kelolanya.
Meningkatkan Potensi Sumber Daya Alam dan Kapasitas Sumber Daya Masyarakat
Tanah Papua dan Kepulauan Maluku mempunyai potensi sumber daya alam yang besar. Oleh karena itu, Econusa turut mendukung dengan bekerjasama dengan mitra strategis, melakukan advokasi kebijakan, serta mendorong kapasitas masyarakat agar lebih mandiri sehingga tidak mudah menyerahkan tanahnya begitu saja kepada pihak luar.
Pdt. Batseba Reyna Tuasela. |
Salah satu potensi itu ada di Distrik Muting Kabupaten Merauke. Di sana ada Sungai Bian yang terkenal dengan adanya potensi ikan arwana, kakap, mujair, dan gastor (gabus toraja). Gereja Protestan Indonesia Papua Muting (GPI Papua Muting) berkolaborasi dengan Econusa memberdayakan umat dalam Program GERMAS (Gerakan Masyarakat) untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Pdt. Batseba Reyna Tuasela dari GPI Papua Muting menceritakan pentingnya mengelola Sumber Daya Alam untuk masyarakat Papua. Mereka memberikan pelatihan berupa skill membuat abon ikan kakap, mujair, dan gastor di Kampung Waan, Pachas, dan Tanas.
Lalu mengadakan pelatihan tentang higienitas dan kemasan, hingga pemasaran secara offline maupun online. Fyi, ternyata ikan gastor adalah ancaman/predator ikan arwana. Tapi justru melalui pelatihan ini, ikan gastor diubah menjadi abon yang memiliki nilai jual.
Kembali ke 'Rumah' Membangun Papua
"Papua itu luas sekali, di Teluk Arguni Kaimana, Pala menjadi sumber penghidupan masyarakat", kata kaka Yulince Zonggonau. Beliau lulusan fakultas pertanian Universitas Brawijaya, pulang kembali untuk membangun Papua. Kaka Yuli mendampingi masyarakat di Distrik Arguni Kaimana, yaitu Kampung Manggera, Kampung Kufuriyai, Kampung Egarwara, dan Kampung Wermenu, dalam melakukan budidaya tanaman.
Yulince Zonggonau. |
Kaka Yuli mengembangkan padi organik dengan teknik argoforestry, membantu masyarakat mengelola komoditas kopi dan pala yang banyak tumbuh di wilayah itu. "Tanaman juga butuh makanan" sebutnya. Oleh karena itu, dengan bekal sebagai lulusan pertanian, beliau mengajarkan masyarakat proses budidaya yang baik, seperti mempraktekkan cara memberi pupuk pada tanaman kopi dan pembuatan pupuk organik. Beliau mengatakan bahwa sedang dilakukan kembali, penanaman 1 juta pohon di Kabupaten Paniai dan sudah ada 24 distrik yang sudah terlibat.
Saya tak menyangka bahwa pala juga menjadi komoditas unggulan di Kaimana. Kaka Yuli menceritakan tentang Sasi Pala yang akan diberlakukan kembali. Sasi merupakan adat khusus, larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu dalam kurun waktu tertentu demi menjaga kelestarian alam. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat memanen pala saat waktunya sehingga kualitas lebih bagus dan harga jual yang lebih tinggi. Bersama Econusa juga memberikan pendampingan dengan pelatihan budidaya, pembuatan rumah pengering, hingga pemasaran.
Melestarikan Identitas Budaya
Pada acara Econusa Outlook 2022, Bapak Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat memberikan apresiasi kepada Econusa dan para mitra atas program dan komitmen dalam upaya pengembangan sumber daya alam yang berkelanjutan, perlindungan hak masyarakat adat, dan gerakan yang melibatkan anak muda melestarikan alam dan budaya.
Bapak Sjamsul Hadi bersama Kemendikbud berencana untuk mendirikan sekolah adat di Kampung Malaumkarta, Sorong. Sebelumnya, sekolah adat sudah ada di Kampung Hobong, Jayapura. Keberadaan sekolah adat menguatkan kearifan lokal, peduli lingkungan, melestarikan budaya, agar tidak tergerus oleh zaman.
Pihaknya juga mengatakan ada sepuluh kegiatan yang akan menjadi agenda prioritas, antara lain pemberdayaan pemuda, pengembangan rumah baca di Kampung Yoboi dan menciptakan kreativitas seperti pembuatan baju noken yang ada di Wamena. Kita seharusnya bangga karena Noken masuk dalam warisan budaya tak benda oleh UNESCO, terlebih noken memiliki makna yang dalam dan menjadi identitas.
Bapak Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat. |
Manusia dan alam memiliki ikatan yang kuat, semua tentang rasa. Satu kata berjuta makna yang membuat saya semakin cinta Timur Indonesia. Semua yang dilakukan harus dengan hati. Kisah dari para narasumber yang sangat menggugah, bercerita dengan rasa, dengan hati yang tulus untuk membangun tanah kelahiran.
Setiap kita memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian alam di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Semangat merajut Rasa Timur terus dilakukan, salah satunya melalui kampanye Defending Paradise. Econusa mengajak kawan-kawan semua untuk menyuarakan pentingnya menjaga hutan tropis, ekosistem laut, serta perlindungan hak masyarakat adat di Tanah Papua dan Maluku. Mari berkontribusi di sini dalam merajut Rasa Timur Indonesia.
Now, it's your turn. Photo by Moch. Fikri |
0 komentar: