Apakah kamu pernah mendengar desa tenggelam di Indonesia? Di kawasan Demak, beberapa desa sudah tenggelam akibat dampak perubahan iklim. Salah satunya adalah Desa Timbulsloko di pesisir Demak. Desa ini semakin parah tenggelam sejak 2017. Artinya sudah lima tahun berlalu.
Area yang dulunya sawah-sawah yang ditanam padi dan pemukiman warga kini berubah. Kenaikan permukaan air laut membuat masyarakat sulit beraktivitas. Memangnya darimana sih kenaikan air laut itu berasal?
Singkatnya, ada dua faktor penyebab kenaikan permukaan air laut, yaitu air laut menghangat dan mengembang, serta melelehnya lapisan es atau gletser yang mencair. Semua itu dikibatkan karena pemanasan global/global warming yang dihasilkan dari gas rumah kaca (termasuk dihasilkan dari kegiatan manusia juga). Permukaan air laut yang meningkat ini yang menyebabkan desa atau kawasan pesisir perlahan akan tenggelam.
Baca Juga: Selimut Polusi vs Transisi Energi
Sebenarnya gak hanya itu, kenaikan permukaan air laut juga menyebabkan gagal panen, juga musnahnya flora dan fauna, karena logikanya area tersebut ya sudah tenggelam. Lokasi Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki banyak kawasan pesisir Indonesia sangat berpotensi mengalami bencana akibat naiknya permukaan air laut. Ini adalah bukti nyata kalau krisis iklim bukan hoax!
Selain menenggelamkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, perubahan iklim juga berdampak pada penurunan jumlah pasokan ikan yang ditangkap nelayan. Ikan juga bisa migrasi lho kalau kondisi air laut tercemar. Itu yang menyebabkan nelayan juga semakin jauh wilayah tangkapan ikannya. Ya memang seperti efek domino.
Istilah keadilan iklim atau climate justice mungkin memang jarang terdengar ya. Climate justice harus diupayakan. Keadilan iklim maksudnya adalah jalan keluar yang adil berdasarkan hak, kebutuhan, partisipasi masyarakat atau komunitas yang merasakan dampak terbesar perubahan iklim.
Hal ini perlu dijamin prosedur hukum untuk memberikan keadlian terutama bagi kelompok rentan karena mereka yang paling terkena dampaknya. Pemerintah harus mengupayakan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, tidak hanya hanya menguntungkan industri, tapi juga masyarakat lokal dan keselamatan bumi.
Pembangunan proyek, pembabatan lahan telah merugikan masyarakat setempat yang seharusnya memiliki hak atas tanahnya, juga termasuk di dalamnya masyarakat adat. Masyarakat menanggung langsung dampak krisis iklim itu tanpa tahu soal kebijakan yang ada.
Contohnya ya desa-desa tenggelam di Demak tadi. Banjir Rob, mereka menyebutnya. Tak ada lagi sawah hijau, lapangan untuk bermain anak-anak, hingga akses jalan yang terputus. Masyarakat tentu yang merasakan langsung dampaknya. Ada yang sudah pindah, namun ada yang masih bertahan di sana karena berbagai faktor.
Saya rasa harus ada kebijakan dan tindakan nyata untuk memperjuangkan keadilan iklim. Tidak hanya pertemuan-pertemuan yang mungkin menghabiskan banyak dana, tapi juga harus menghasilkan keputusan yang jelas untuk dijalankan.
Namun persoalan daratan tenggelam ternyata bukan hanya di Demak, nyatanya di tempat saya tinggal di Jakarta juga ada. Saya mendapat informasi dari teman sesaat setelah saya membagikan video mengenai Desa Timbulsloko yang tenggelam. Ada Masjid Waladuna di Penjaringan Jakarta Utara. Bahkan lokasinya sudah terdeteksi google maps dengan nama Masjid Tenggelam Muara Baru.
Fenomena perubahan iklim bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi di dunia. Di Planet Bumi, satu-satunya planet tempat kita tinggal. Perubahan iklim memang telah memberikan dampak signifikan terhadap kondisi sosial dan ekonomi. Diperkirakan tahun 2050, kenaikan permukaan laut akan lebih meningkat lagi. Kebayang gak kalau nanti kita akan menghadapi hal seperti ini atau bahkan lebih parah?
Referensi:
https://www.kemitraan.or.id/kabar/aksi-perubahan-iklim-mustahil-tanpa-keadilan-dan-partisipasi-publik-yang-bermakna
https://www.antaranews.com/berita/3154385/walhi-indonesia-butuh-uu-perubahan-iklim-untuk-keadilan-iklim
https://reefresilience.org/id/stressors/climate-and-ocean-change/sea-level-rise/
https://www.walhi.or.id/aksi-perubahan-iklim-mustahil-tanpa-keadilan-dan-partisipasi-publik-yang-bermakna
https://www.kemitraan.or.id/kabar/aksi-perubahan-iklim-mustahil-tanpa-keadilan-dan-partisipasi-publik-yang-bermakna
https://www.antaranews.com/berita/3154385/walhi-indonesia-butuh-uu-perubahan-iklim-untuk-keadilan-iklim
https://reefresilience.org/id/stressors/climate-and-ocean-change/sea-level-rise/
https://www.walhi.or.id/aksi-perubahan-iklim-mustahil-tanpa-keadilan-dan-partisipasi-publik-yang-bermakna
0 komentar: