PERLENGKAPAN BUAT KE EVEREST BASE CAMP TREK

Perjalanan ke Everest Base Camp di Nepal adalah perjalanan yang aku nanti-nantikan. Sebelum ke Everest Base Camp, tentu persiapan fisik dan mental sangat penting. Selain itu juga harus didukung dengan perlengkapan yang sesuai. Menurutku persiapan yang baik bisa menunjang performa kita juga saat di trek nanti.

Apalagi berbeda dengan pendakian di gunung-gunung Indonesia yang punya iklim tropis, pendakian kali ini tentu akan lebih dingin! Pendakian ke Everest Base Camp via Gokyo memakan waktu sekitar 14 hari. Berikut ini aku spill perlengkapan apa aja yang aku bawa: 


Perlengkapan-perlengkapan tersebut akan dibagi dalam dua tas. Ada duffle bag yang akan dibawa oleh porter, yang berisi perlengkapan yang tidak dibutuhkan saat trek. Lalu ada tas daypack yang akan kita bawa sendiri selama trek Everest Base Camp. Perlengkapan yang ada dalam tas kita adalah perlengkapan essentials yang kita butuhkan saat di trek. 

What to Bring in Daypack?

  1. Jaket & Celana Hujan
  2. First Aid Kit
  3. Paspor dan Uang Cash
  4. Waterbladder/Tumbler
  5. Powerbank
  6. Outer Jacket
  7. Down Jacket
  8. Merino Buff
  9. Cap/Bucket Hat
  10. Kacamata Hitam
  11. Touchscreen Gloves
  12. Trekking Pole
  13. Sunscreen Spray & Lipbalm SPF
  14. Snacks
  15. Headlamp
  16. Mini Tripod
  17. Camera & Gopro

EBC Packing List Template

Things to Remember:

- Travel lightDuffle bag yang dibawa porter sekitar 20-25 kg (untuk 2 orang). Kalau aku timbang daypack-ku sekitar 5-6 kg sudah termasuk air dan perlengkapan yang aku sebut di atas. Para porter juga akan membawa perlengkapan pribadi mereka. Usahakan travel light agar tidak over kapasitas.

- Take More Cash. Pembayaran di tea house rata-rata menggunakan uang cash. Termasuk jika ingin naik transportasi kuda, pembayaran tunai dengan dollar. Tapi kalau di store yang agak besar bisa pakai kartu/cashless

- Check Passport Validity. Pastikan masa berlaku paspor aman. Kunjungan ke Nepal menggunakan Visa on Arrival menggunakan dollar. Visa dibayar saat tiba di Bandara Tribhuvan Kathmandu.

Semoga konten ini bermanfaat!

_____

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar:

Serba-serbi Peluang dan Tantangan Travel Blogger

Hi!

Mungkin, bisa dibilang aku belum lama berkecimpung di dunia ini dibanding travel blogger senior inspiratifku seperti Mba Trinity dan Mas Ariev Rahman. Tapi siapapun bisa menulis pengalamannya di platform ini toh?


Awal Mula Jadi Travel Blogger 


Aku lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Tarumanagara, lulus diwisuda tahun 2014. Aku anak perempuan satu-satunya, anak kedua dari tiga bersaudara. Dulu aku gak dapat privilege buat jalan-jalan. Larangan orang tua yang protektif ya itu salah satu alasannya. Faktor lain ya karena faktor keuangan karena traveling juga butuh uang.


Dulu, traveling itu hal yang sulit aku dapatkan izinnya. Jadi setiap kali bisa keluar aku mau buat pengalaman itu jadi hal yang tak terlupakan. Awal mula menulis blog sebenarnya untuk kenang-kenangan aja. Rasanya, tulisan di blog itu jadi oleh-oleh yang tak lekang oleh waktu. 

Buatku, bisa traveling sekarang itu privilege karena dulu gak ada kesempatannya dan susah dapet izinnya. So, I wanna make the best of it!

Waktu masih jadi anak ahensi, aku memanfaatkan waktu weekend dan cuti untuk traveling. Yes! Dulu aku graphic designer yang saat ini menjadi travel blogger/content creator. Ada yang gitu juga kan pastinya? Kuliahnya apa, tapi jadinya malah apa. But, that's okay! Awalnya dulu aku traveling yang dekat, misal di Jakarta karena domisiliku di Jakarta, ikut open trip yang diadakan akhir pekan sabtu-minggu, atau one day trip aja. 

Di sela kesibukan menjadi graphic designer di ahensi tadi, aku mulai mengisi tulisan di blog dan upload foto-foto perjalanan juga di Instagram. Seiring berjalannya waktu, ada tawaran pekerjaan untuk mengulas produk di blog. Aku dihubungi via direct message di Instagram. Saat itu, kali pertama aku merasa menemukan potensi dan peluang dari menulis blog. Aku senang sekali! Ternyata tulisanku di blog ada yang baca dan berpotensi menghasilkan uang. 

Dari Hobi Jadi Profesi 


Akhirnya setelah hampir 6 tahun bekerja di kantor ahensi, aku resmi resign jadi budak korporat dan menjadi fulltime travel blogger dan freelancer. Perjalanan menjadi travel blogger sesungguhnya baru dimulai. Pendapatanku tidak tetap dan harus berusaha lebih untuk mendapatkan uang.

Selanjutnya, aku mencoba untuk mengikuti beberapa lomba blog, lomba foto, dan lomba video. Semua informasinya kudapat dari website serbakuis. Kadang menang, kadang kalah. Tapi ya namanya juga usaha. Hadiah dari lomba-lomba yang pernah kudapat itu bervariasi; dari voucher pulsa, voucher staycation, barang elektronik, uang, hingga paket trip. 


Selain itu, karena aku suka posting di instagram juga, beberapa klienpun datang dari sana. Diajak gabung ke komunitas, ajakan barter produk, hingga mendapat networking. Sesungguhnya aku ini introvert, tapi di dunia ini, sosialisasi, komunikasi, dan membangun networking itu penting. 

Sebenarnya ada berbagai peluang usaha yang bisa didapat dari menulis blog. Berdasarkan pengalamanku, pendapatan dari blog antara lain bisa didapat dari menulis ulasan produk, jasa, hotel, tempat wisata, liputan acara, serta menjadi narasumber. Selain itu, bisa dari program afiliasi dengan menautkan link atau kode tertentu pada tulisan di blog. 

Apalagi sekarang ada sebutan populer di generasi Gen Z yaitu profesi content creator yang membuat konten bukan di blog tapi juga di media sosial lainnya seperti Tiktok, Instagram, dan Youtube. Itu yang aku lakukan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan media sosial. Padahal dulu akupun gak bisa bikin video.


Apa Enaknya Jadi Travel Blogger?


Travel blogger melalukan perjalanan dan membagikan pengalaman melalui blog dan media sosial lainnya. Punya blog sendiri, enaknya aku bisa menulis apapun yang aku mau; misal tentang referensi tempat wisata, tips & trick, dan itinerary wisata. Terlebih secara lebih mendetail karena di platform blog, kita juga memasukkan foto, video, dan link. 

Enaknya jadi travel blogger tentu kita bisa jalan-jalan gratis, cobain produk, jasa, atau staycation gratis. Selain itu yang gak kalah penting adalah bisa ketemu orang-orang baru bahkan orang-orang hebat yang gak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan bertemu sosok itu. Misalnya waktu aku naik kereta panoramic bareng pak Sandiaga Uno atau bisa jalan-jalan bareng ka Rikas Harsa, idolaku sejak zaman MTMA. Kalo kalian traveler, pasti dulu pernah nonton program TV ini kan?


Beberapa klien menganggap blog ini sebagai bagian dari media/jurnalis. Travel blog membawaku ke tempat-tempat indah di Indonesia. Aku menulis liputan acara atau destinasi dan juga menghasilkan pendapatan dari hal tersebut. Misalnya waktu liputan Festival Lewetaka di Banda Neira dan Hutan Perempuan di Jayapura bersama Econusa. 

Hingga akhirnya mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu Ambassador Anugerah Pesona IndonesiaMungkin itu salah satu yang membedakan kami dengan kreator lain, kami punya platform ini. Platform blog yang tulisannya akan selalu ada di halaman pencarian google. Begitupun kata Alm. Muh. Syafaat founder Anugerah Pesona Indonesia, beliau pernah mengatakan bahwa blog adalah rumah kami. 

Tantangan Jadi Travel Blogger


Memulai perjalanan menjadi travel blogger, kita pasti mengeluarkan biaya sendiri untuk keluar kota atau keluar negeri. Konsisten jalan-jalan juga jadi tantangan. Rasanya kalo gak jalan-jalan jadi gak ada konten karena sebagian besar konten perjalanan ya dibuat di luar rumah. 

Perlu diketahui juga untuk memulai ini, awalnya pun kita membutuhkan modal. Membuat blog memang gratis, tapi untuk keluar jalan-jalan butuh transportasi, butuh ide membuat konten, butuh pulsa untuk paket wifi, membayar domain, dan perintilan lainnya. 

Proses memiliki dan mempertahankan platform ini tidak mudah. Perkembangan digital dan media sosial yang semakin populer, aku anggap sebagai kesempatan untuk memperluas networking. Aku tetap menaruh link artikel pada profil media sosial dan membagikan link blog post ke media sosial lainnya.


Beradaptasi dengan media sosial, aku juga pernah membuat microblog, dengan memadukan unsur foto dan tulisan sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Sebagai lulusan Desain Komunikasi Visual, sedikit banyak ilmu desainku ternyata bisa kepake juga nih.

Sama seperti penyanyi, koki, dan profesi lainnya, blogger/content creator juga sudah ada banyak sekali. Tentu ini menjadi tantangan juga bagaimana kita bisa bertahan di industri ini. Aku sendiri berusaha membangun personal branding-ku agar terlihat berbeda dibanding yang lain. Sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik kan?


Aku berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman, menjalin networking, dan terus belajar untuk menilik topik unik dari perjalananku. Suatu hari nanti, aku ingin sekali menulis buku. Semoga bisa terwujud. Terima kasih untuk dukungan teman-teman para pembaca blog ini. Jangan lupa follow media sosialku juga yang tertera di bawah ini ya!

_____

Keep in Touch
Thanks for reading!

0 komentar: